Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai
pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna
dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan
yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan
dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
1. Konstruksi berarti membangun, dalam konteks
filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern.
2. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir
(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
tebatas.
3. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang
memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar dan mencari
kebutuhnnya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan dan kebutuhannya
tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.
Jadi kesimpulannya adalah Teoti
Konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain
yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Pendekatan konstruktivisme mempunyai
beberapa konsep umum seperti:
1. Pelajar aktif membina pengetahuan
berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar
seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif
oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran
terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah
seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan
informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi
pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari
gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu
mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Ada
sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori
konstruktivisme, yaitu:
1. Menekankan pada proses belajar, bukan
proses mengajar
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan
inisiatif belajara pada siswa
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan
dan tujuan yang ingin dicapai
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu
proses, bukan menekan pada hasil
5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
6. Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam
belajar
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu
secara alami pada siswa
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada
kinerja dan pemahaman siswa
9. Berdasarkan proses belajarnya pada
prinsip-prinsip toeri kognitif
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif
untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan
analisis
11. Menekankan bagaimana siswa belajar
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru
13. Sangat mendukung terjadinya belajar
kooperatif
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam
belajar
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa
dalam belajar
17. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman
nyata
TOKOH – TOKOH TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
1. TEORI JEAN PIAGET
Teori belajar konstruktivistik yang
dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama konstruktivistik kognitif (personal
constructivism). Teorinya berisi konsep-konsep utama di bidang
psikologi perkembangan dan berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi, yang untuk
Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih akurat merepresentasikan dunia,
dan dan mengerjakan operasi-operasi logis dari representasi-representasi konsep
realitas dunia. Teori ini memiliki fokus perhatian pada bangkitnya dan
dimilikinya schemata—skema bagaimana seseorang mengenal dunia—dalam saat
"tingkatan-tingkatan perkembangan", ketika anak-anak menerima cara
baru bagaimana secara mental merepresentasikan informasi.
Teori ini dianggap
"konstruktivis", yang berarti bahwa, tidak seperti teorinativis (yang
berpendapat bahwa perkembangan kognitif sebagai perkembangan dari pengetahuan
dan kemampuan bawaan) ataupun teori empiris (yang berpendapat bahwa
perkembangan kognitif sebagai perolehan gradual dari pengetahuan melalui
pengalaman), teori ini berpendapat baha kita mengkonstruksi kemampuan kognitif
kita melalui kegiatan motivasi-diri dalam dunia nyata.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa
pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui
tindakan. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat
dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi
ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Pada teori ini
konsekuensinya dalah siswa harus memiliki ketrampilan unutk menyesuaikan diri
atau adaptasi secara tepat. Ada empat konsep dasar yang diperkenalkan oleh
Piaget, yaitu:
1. Schemata adalah kumpulan konsep atau kategori yang
digunakan individu ketika beradaptasi dengan lingkungan baru, konsep ini
sendiri terbentuk dalam struktur pekiran (Intellectual Scheme) sehingga dengan
intelektualnya itu manusia dapat menata lingkungan barunya. jadi shemata adalah
suatu struktur kognitif yang slalu berkembang dan berubah, karena proses
asimiliasi dan proses akomodasi aktif serta dinamis.
2. Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan
diterima sehingga menjadi sesuatu yang dikenal oleh siswa, proses penyesuian
yang dilakukan dalam asimilasi adalah mengolah informasi yanga kan diterima,
sehingga memilki kesamaan dengan apa yang sudah ada dalam skema.
3. Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah
dalam schemata ynag sudah ada, untuk penempatan tersebut scema perlu
menyesuiakan diri.
4. Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh
individu terhadap lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai struktural
mental atau svhemata yang stabil atau seimbang antara asimilasi dan akomodasi.
2. TEORI VIGOSKY
Teori belajar Vygotsky menekankan pada
sosiokultural dan pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya
dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran,
tata nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. konsep
penting dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal Development (ZPD)
dan Scaffolding. Zone Of Proximal Development adalah jarak antara
perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial dimana siswa
mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang dewasa.
Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta didik
selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan
mmemberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawb yang makin besar
setelah dapat melakukannya sendiri.
Kostrukstivisme sosial Vygosky meyakini
bahwa interaksi sosial, unsur budaya, dan aktivitas yang membentuk pengembangan
dan pembelajaran individu. Vygosky menekankan bahwa semua mental tingkat tinggi
seperti berpikir dan pemecahan masalah dimediasi dengan alat-alat psikologis
seperti bahasa, lambang dan simbol. Vigosky dalam penelitiannya membedakan dua
macam konsep yaitu konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh
dari pengetahuan sehari-hari, sedangkan konsep ilmiah diperoleh dari
pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh dari sekolah. konsep ini saling
berhungan antara satu dengan yang lain.
Menurut teori Vygosky untuk dapat
menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk, maka dirangkum dalam dua penjelasan
yang bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia luar mengarahkan dan
menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal dan internal mengarahkan
pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi faktor-faktor esternal
(kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).
Dalam teori Vygosky dalam belajar berarti
terjadi proses perkembangan internal untuk membentuk pengetahuan barunya
denngan bantuan orang lain yang kompeten , dan hal itu terjadi ketika individu
berinteraksi dengan lingkungan dengan lingkungan sosialnya. jadi kesiapan
individu untuk belajar sangat bergantung pada stimulus lingkungan yang sesuai
serta bentuk bimbingan dari orang lain yang berkompeten secara tepat, sehingga
pembelajran menjadi lebih bermakna dan terwujud perkembangan petensinya secara
tepat.
3. TEORI JHON DEWEY DAN VON GRASELFELD
Selain Piaget dan Vygosky tokoh lain teori belajar
kontruktivisme adalah Jhon Dewey dan Von Graselfeld. Dalam hal ini seperti
dikemukakan oleh Robert B. Innes (2004:1) bahwa “Constructivist views
of learning include a range of theories that share the general perspective that
knowledge is constructed by learners rather than transmitted to learners. Most
of these theories trace their philosophical roots to John Dewey”. Maksudnya
adalah bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai belajar meliputi
serangkaian teori yang membagi perespektif umum bahwa pengetahuan dikonstruksi
oleh pembelajar bukan ditransfer ke pembelajar. Kebanyakan dari teori seperti
ini berakar dari filsafat Jhon Dewey.Dewey menjelaskan bahwa manusia tidak
selayaknya dibagi ke dalam dua bagian, satunya emotional dan yang lainnya
intelektual—yang satunya materi nyata, lainnya imajinatif.
Pandangan Tentang Teori Belajar
Konstruktivisme
1. Ruseffendi (1998: 132)
Salah satu teori
atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget yang
merupakan bagian dari teori kognitif juga.Teori belajar tersebut berkenaan
dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan
intelektual dari lahir hingga dewasa.
2. Dahar (1989: 159)
Menegaskan bahwa
penekanan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau
pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran
menurut teori ini adalah sebagai fasilitator atau moderator.
4. Susan, Marilyn, dan Tony (1995: 222)
Berkaitan dengan
anak dan lingkungan belajarnya menurut konstruktivisme, Bell danDriver mengajukan
karakteristik sebagai berikut:
a. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang
pasif, melainkan memiliki tujuan.
b. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin
proses keterlibatan siswa.
c. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari
luar melainkan dikonstruksi secara optimal.
d. Pembelajaran bukanlah transmisi
pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.
e. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari,
melainkan seperangkar pembelajaran, materi, dan sumber.
5. Poedjiadi (1999: 62)
Konstruktivisme
sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah belajar bagi
anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan
ataudiscovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks
sosial budaya seseorang.
6. Tasker (1992: 30)
Mengemukakan ada
tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut:
a. Peran aktif siswa dalam menkonstruksi
pengetahuan secara bermakna.
b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan
dalam pengkonstruksian secara bermakna.
c. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi
baru yang diterima.
7. Wheatley (1991: 12)
Wheatley
mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinsip utama dalam
pempelajaran dengan teori belajar konstruktivisme.
a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara
pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.
b. Fungsi kognitif adaptip dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
8. Hudoyo (1990: 4)
Secara spesifik
Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila
belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu,
untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari
seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
9. Hanbury (1996: 3)
Mengemukakan
sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran yaitu:
a. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan
cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
b. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena
siswa mengerti.
c. Strategi siswa lebih bernilai.
d. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi
dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang
diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
1.
Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri.
2.
Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.
3.
Murid
aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
4.
Guru
sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan
lancar.
5.
Menghadapi
masalah yang relevan dengan siswa.
6.
Struktur
pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7.
Mencari
dan menilai pendapat siswa.
8.
Menyesuaikan
kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua prinsip diatas ada satu prinsip
yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya
sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang
membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide
dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
TUJUAN TEORI KONSTRUKTIVISME
a.
Adanya
motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
b.
Mengembangkan
kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
c.
Membantu
siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
d.
Mengembangkan
kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
e.
Lebih
menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
KELEBIHAN
Teori belajar konstuktivisme memilikin
kelebihan atau keunggulan yakni:
1.
Dalam
Aspek Berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru, murid berfikir
untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat keputusan;
2.
Dalam
aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu mengapliksikannya dalam
semua situasi;
3.
Dalam
aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan ini murid dapat meningkatkan
kefahaman mereka; Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan
masalah dalam situasi baru.
4.
Dalam
aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila seorang murid
berinteraksi dengan teman, kelompok kerja maupun dengan guru dalam proses
mendapatkan ilmu pengetahuan maupun wawasan baru;.
5.
Seronok
:Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi
dengan lihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan
baru.
KELEMAHAN
Teori belajar konstuktivisme memilikin
kekurangan atau kelemahan yakni:
1.
Siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi
siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan
sehingga menyebabkan miskonsepsi;
2.
Konstruktivisme
menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti
membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda;
3.
Situasi
dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana
prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa;
4.
meskipun
guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar, tetapi
guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku yang
elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan pengajaran yang
sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan;
5.
Dalam
proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang
begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya;.
IMPLIKASI
TEORI KONSTRUKTIVISME
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme
tersebut di atas, berikut ini dipaparka tentang penerapannya.
1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa
dalam belajar
Dengan
menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir
mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka.
Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis
serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses
belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan
memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon
Berfikir
reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan
dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa
merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan
dalam melakukan penyelidikan
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru
yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa
untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang
sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep
melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan
atau pemikirannya
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog
atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog
dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif
sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya.
Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun
pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika
mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang
sangat bermakna akan terjadi di kelas
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang
menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika
diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa
menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan
konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk menguji hpotesis yang mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan
pengalaman nyata
6. Guru memberikan data mentah, sumber-sumber
utama, dan materi-materi interaktif
Proses
pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa
dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru
membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran
tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
PERBEDAAN KARAKTERISTIK ANTARA PEMBELAJARAN
TRADISIONAL DAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
No.
|
Pembelajaran
tradisional
|
Pembelajaran
konstruktivistik
|
1.
|
Kurikulum
disajikan dari bagian-bagian menuju keseluruhan dengan menekankan pada
keterampilan-keterampilan dasar.
|
Kurikulum
disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian, dan lebih
mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas.
|
2.
|
Pembelajaran
sangat taat pada kurikulum yang telah ditetapkan.
|
Pembelajaran
lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa.
|
3.
|
Kegiatan
kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja.
|
Kegiatan
kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan
manipulasi bahan.
|
4.
|
Siswa-siswa
dipandang sebagai “kertas kosong” yang dapat digoresi informasi oleh guru,
dan guru-guru pada umumnya menggunakan cara didaktik dalam menyampaikan
informasi kepada siswa
|
Siswa
dipandang sebagai pemikir-pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang
dirinya.
|
5.
|
Penilaian
hasil belajar atau pengetahuan siswa dipandang sebagai bagian dari
pembelajaran dan biasanya dilakukan pada akhir pelajaran dengan cara testing.
|
Pengukuran
proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan
pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa,
serta melalui tugas-tugas pekerjaan.
|
6.
|
Siswa-siswa
biasanya bekerja sendiri-sendiri, tanpa ada group proses dalam belajar
|
Siswa-siswa
banyak belajar dan bekerja di dalam group proses.
|
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin
dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar – Ruzz
Media
Dahar,
Ratna Wilis. 1988. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Pidarta,
Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Soemanto,
Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara
Sujana,
Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi
Suryabrata,
Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Warsita,
Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta :
Rineka Cipta
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar teman , karena negara ini bebas berpendapat namun adakala peraturan nya yaitu sopan dan tidak mengandung sara , terimakasih atas partisipasinya :)