pemanfaatan kumis kucing dalam penyakit batu ginjal

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
     Obat tradisional merupakan salah satu warisan bangsa yang perlu digali dan dikembangkan lebih lanjut agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kasus penyakit batu ginjal merupakan penyebab kedua tersering yang memicu penyakit gagal ginjal. Upaya pengobatan dapat dilakukan dengan operasi, penggunaan ultravibrasi dan obat-obatan baik tradisional maupun modern.
     Kumis kucing (Orthoshipon aristatus) merupakan tanaman yang yang belum banyak dimanfaatkan, terutama untuk melarutkan batu ginjal berkalsium. Batu ginjal merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan. Oleh karena itu perlu dikembangkan pengobatan untuk menanggulangi masalah ini.
     Pemilihan pengobatan terhadap batu ginjal umumnya didasarkan pada cara yang mudah, murah dan mempunyai efek samping yang kecil. Pengobatan terhadap penyakit batu ginjal yang sudah dikenal di masyarakat Indonesia dapat ditangani dengan cara operasi mengeluarkan batu, penghancuran batu dengan sinar radiasi, dan pemakaian obat-obatan baik obat tradisional maupun obat modern.
     Karena kecenderungan masyarakat untuk kembali kepada alam (back to nature), maka obat tradisional merupakan cara pengobatan yang banyak dipilih masyarakat. Selain mudah pelaksnaaannya, murah, efek samping kecil, bahan juga mudah didapat di lingkungan sekitarnya.
     Banyak tanaman yang ada di Indonesia yang sudah diketahui kandungan zat aktifnya, tetapi belum semua tanaman ini diteliti seberapa kemampuan kandungan zat aktifnya dalam hal mengobati penyakit. Seperti halnya tanaman Kumis Kucing yang berkhasiat sebagai peluruh batu Ginjal. (Orthoshipon aristatus), mudah sekali ditemukan di seluruh nusantara. Tanaman ini sangat mudah tumbuh sehingga mudah dikembang biakan. Kumis kucing sudah digunakan masyarakat untuk diuretik, pengobatan hipertensi, dan rematik.
     Kandungan ortosifonin & garam Kalium (terutama pada daunnya) adalah komponen utama yang membantu larutnya asam urat, fosfat & oksalat dalam tubuh manusia (terutama dalam kandung kemih, empedu maupun ginjal sehingga dapat mencegah endapan batu ginjal. Kandungan kimia kumis kucing mengandung alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol .

B.     Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah biologi terapan
2.      Untuk mengenal penyakit batu ginjal, penyebabnya dan cara pencegahannya
3.      Untuk mengetahui manfaat kumis kucing sebagai obat herbal batu ginjal
4.      Untuk mengetahui cara zat-zat yang terkandung dalam kumis kucing bekerja melawan batu ginjal
5.      Untuk mengetahui proses ekstraksi kumis kucing sehingga menjadi obat









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Batu Ginjal, Penyebab dan Pencegahannya

                  Sebelum urin dikeluarkan, air kemih disaring terlebih dahulu oleh glomelorus. Zat yang berguna akan kembali ke darah, sedangkan yang sudah tidak terpakai akan dikeluarkan bersama keluarnya urin. Jika ginjal kekurangan cairan dalam proses pengeluaran tersebut, maka terjadi kekeruhan. Lama-kelamaan mengkristal menjadi kerak, seperti batu. Endapan terjadi karena pekatnya kadar garam dalam urin yang ada di ginjal.endapan tersebutlah yang disebut dengan batu ginjal.
                  Menurut penelitian, resiko terkena penyakit batu ginjal lebih banyak dialami pria daripada wanita dengan perbandingan sekitar 3:1. Umumnya diderita pada usia produktif (20tahun - 50tahun). Hanya sedikit menyerang anak-anak.
                  Penyebab batu ginjal bermacam-macam, ada karena genetic (bawaan), makanan dan minuman serta aktivitas sehari-hari. Anak yang sejak kecil mengalami gangguan metabolism apalagi di bagian ginjal, yaitu urinnya mudah mengendapkan garam membuat mudah terbentuknya batu ginjal. Karena fungsi ginjalnya yang tidak normal maka proses pengeluaran urin juga mengalami gangguan.
                  Makanan tertentu yang banyak mengandung kalsium tinggi, seperti oksalat dan fosfat. Bahan tersebut mudah mengkristal di ginjal. Demikian juga orang yang mengkonsumsi air putih dalam jumlah sedikit sangat beresiko tinggi karena ginjal kekurangan cairan sehingga urin menjadi pekat.
                  Factor pekerjaan dan olahraga juga tak kalah beresikonya, kurangnya anggota tubuh untuk bergerak menyebabkan peredaran darah dan keluarnya urin tidak lancar.

                  Batu ginjal ada beberapa jenis. Yang pertama, batu kalsium, mengandung kapur dan mudah mengendap. Kedua, batu struvit, terbentuk karena disebabkan oleh infeksi bakteri. Ketiga, batu asam urat, timbul karena endapan asam urat akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung asam urat seperi jeroan dan kacang-kacangan. Terakhir, batu cystin, biasanya karena bawaan yang diturunkan dari orangtuanya.
                  Pencegahan batu ginjal cukup sederhana dan mudah sebenarnya, minum air putih dua liter setiap hari, hindari makanan yang mengandung oksalat tinggi, kalsium tinggi, batasi konsumsi garam, rajin berolahraga dan aktivitas fisik cukup

B.     Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) sebagai Obat Herbal Batu Ginjal
Senyawa kimia yang terdapat dalam daun kumis, antara lain garam kalium dan senyawa saponin (Rusli dan Nasution, 1979). Akhir-akhir ini dilaporkan oleh Flachsman (1985) bahwa kandungan utama yang paling stabil dalam daun kumis kucing ialah sinesetin. Sedang menurut Sumaryono (1990), komponen yang terdapat dalam daun kumis kucing hasil ekstraksi dalam methanol dan air ialah 9 plafonplafonlipofilik, di antaranya sinensetin, 2 flavonol glikosida dan 9 turunan dari asam kaffeik. (Yuli, 1997).
Daun kumis kucing di teliti mengandung glikosida orthosiphonin yang berkhasiat untuk melarutkan asam urat, fosfat dan oksalat dari tubuh. Terutama dari kandung kemih, empedu dan ginjal.
Flavonoid berfungsi dalam menghambat enzim glukosidase dan alfa amilase sehingga pemecahan karbohidrat menjadi monosakarida menjadi gagal dan glukosa tidak dapat diserap oleh usus, sedangkan saponin berfungsi menghambat Na+ / D-glucose cotransport system (SGLUT) di membran brush border intestinal sehingga tidak terdapat transport glukosa di intestinal.




C.    Ekstraksi Kumis Kucing

Bila dilakukan secara tradisional sangat mudah untuk menjadikan kumis kucing sebagai obat, hanya dengan menyiapkan daun kumis kucing, bersihkan lalu rebus dan air rebusannya diminum sebagai obat batu ginjal.
Dalam pembuatan ekstrak daun kumis kucing ini membutuhkan
300gram bubuk daun kumis kucing, metode yang digunakan maserasi dan
pelarut yang digunakan adalah etanol 70%.
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Pada pembuatan ekstrak daun kumis kucing dibutuhkan waktu 5 hari untuk memaserasi, dan dilakukan pengadukan 2-3 kali dalam sehari, etanol yang digunakan 1000 ml. dan dikeringkan dalam waterbath selama sehari. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut.
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetic berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya
a.       Bahan-bahan yang digunakan dalam teknologi ekstraksi dengan metode maserasi dalam etanol 70% pada daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) antara lain :


o   bubuk tanaman daun kumis kucing 300 gram
o   Etanol 70% sebanyak 3 liter
o   HCL 2M
o   Reagen mayer
o   Reagen wagner
o   Reagen dragendorf
o   NH3 28%
o   CHCL3 (Kloroforn)
o   Aquadest
o   Heksan
o   Na2SO4 anhidrat
o   CH3COOH
o   H2SO4
o   LarutanFeCl3
o   Etanol 80%
o   Logam Mg
o   Larutan garam gelatin
o   Benzen



b.      Alat-alat yang Digunakan
Alat alat yang digunakan untuk teknologi ekstraksi dengan metode maserasi dalam etanol 70% pada daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) antara lain :


o   Gelas Ukur
o   Beker Gelas
o   Pengaduk
o   Aluminium foil
o   Bejana
o   Label
o   Corong
o   Rotary evaporator
o   Waterbath
o   Cawan
o   Kertas Saring
o   Sinar UV
o   Gelas ukur
o   Pipet



c.       Cara Kerja
Metode pembuatan ekstrak daun kumis kucing adalah dengan cara maserasi dalam pelarut etanol 70 % yaitu :
o   Menyiapkan bejana untuk maserasi.
o   Menimbang sejumlah serbuk daun kumis kucing sebanyak 100 gram.
o   Memasukkan bahan ke dalam bejana maserasi, membasahi dengan cairan penyari (10 bagian bahan dengan 75 bagian penyari), aduk sampai rata, menutup dengan aluminium foil, dan mendiamkan selama 5 hari dengan melakukan pengadukan setiap harinya 2-3 kali/hari.

o   Menyaring rendemen dengan kertas saring, dan kemudian menambahkan 250 ml etanol 70% pada bahan yang masih terdapatpada bejana.
o   Memekatkan ekstrak pada rotary evaporator dengan suhu 60oC.
o   Mengeringkan dalam waterbath selama 1 hari ( dengan pemberian label, dan sebelumnya mencatat cawan kosong).
o   Menghitung filtrat kering.
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
·         Diperoleh informasi bahwa ada senyawa lain antara alkaloid dan saponin yang terkandung dalam daun kumis kucing selain flavonoid yang dapat melarutkan atau berfungsi untuk peluruh batu ginjal.
·         kumis kucing mengandung senyawa aktif yang sangat bermanfaat untuk megobati penyakit batu ginjal dan juga mengobati banyak penyakit lainnya.
·         Tumbuhan ini juga sangat berpotensi sebagai obat tradisional yang ramah lingkungan, perbanyakkan masal , terutama teknik in vitro yang mengarah kepada peningkatan kadar senyawa aktiv.

B.     Saran
·         Sebaiknya tanaman kumis kucing lebih diperhatikan dari segi pembudidayaan hingga pelestarian karena memiliki banyak manfaat sebagai tanaman obat.
·         Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk bagi daun kumis kucing.
·         Sebaiknya kita bisa menanam tanaman kumis kucing ini karna sangat bermanfaat untuk penyembuhan berbagai penyakit khususnya untuk penurunanan batu ginjal.





DAFTAR PUSTAKA

Cyntia Yogya Astuti, Victoria. Agustus 2012, “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan”.
Mulyani, Sri & Laksana, Toga. 2011, “Analisis Flavonoid dan Tannin dengan Metoda Mikroskopi-mikrokimiawi”. Majalah Obat Tradisional
Rini Pribadi, Ekwasita. Juni 2009, “Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah Penelitiandan Pengembangannya”. Volume 8, no. 1
Sa’roni, lucie widowati. Januari  2007, “Ramuan Pengobat Tradisional (Battra) di    Pulau Jawa untuk Mengobati Keluhan pada Sistem Sirkulasi Darah dan Pembuluh Darah”. Volume 6, No. 2,
Wulandari, Intan. Mei 2011, “Teknologi Ekstraksi dengan Metode Maserasi dalamEtanol 70 % Pada Daun Kumis Kucing (orthosiphon stamineus benth)”.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar teman , karena negara ini bebas berpendapat namun adakala peraturan nya yaitu sopan dan tidak mengandung sara , terimakasih atas partisipasinya :)

 

leave me alone please don't cry Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea