Ciri Umum Reptilia
Reptilia (dalam bahasa latin, reptil = melata)
memiliki kulit bersisik yang terbuat dari zat tanduk (keratin). Sisik berfungsi
mencegah kekeringan. Ciri lain yang dimiliki oleh sebagian besar reptil adalah
anggota tubuh berjari lima, bernapas dengan paru-paru, jantung beruang tiga
atau empat, menggunakan energi lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya sehingga
tergolong hewan eksoterm, fertilisasi secara internal, menghasilkan telur
sehingga tergolong ovipar dengan telur amniotik bercangkang.
Reptilia tersebar baik di daerah teropis maupun daerah
subtropis. Pada daerah-daerah yang mendekati kutub dan tempat-tempat yang lebih
tinggi jumlah dan jenisnya makin sedikit. Reptile menempati macam-macam
habitat. Phyton misalnya terdapat di daerah-daerah tropis, hanya terdapat di
rawa-rawa, sungai atau sepanjang pantai. Penyu terbesar teradapat dilaut dan
kura-kura darat raksasa terdapat di kepulauan. Kadal dan ular umumnya
terrestrial, tetapii ada yang menempati karang-karang atau pohon.
Karakteristik reptilia secara umum memiliki :
1. Tubuh ditutupi kulit kering bertanduk (tidak licin),
biasanya dilengkapi sisik atau kuku, dan kelenjar dipermuakaan hanya sedikit.
2. Memiliki dua pasang anggota badan, masing-masing
dengan lima jari yang pada bagian ujungnya terdapat cakar dan dapat digunakan
untuk berlari, merayap atau memanjat. Anggota badan menyerupai dayung pada
penyu, memendek pada kadal, dan tidak ada anggota badan pada beberapa jenis
kadal dan semua jenis ular.
3. Kerangka terdiri dari tulang keras, tengkorak dilengkapi
rongga oksipital.
4. Jantung terdiri dari empat ruang yang belum terpisah
sempurna, dua serambi dan vertikel yang sebagian saling terpisah, satu pasang
berkas aorta, sel darah merah oval bikonkaf dengan inti.
5. Resppirasi dengan paru-paru, pada kura-kura air
dilengkapi dengan respirasi kloaka.
6. Terdapat 12 pasang saraf cranial.
7. Suhu tubuh berubah-ubah bergantung suhu lingkungan
(poikilothermis).
8. Fertilisasi internal, menggunakan organ kopulasi,
telurnya besar mengandung kuning telur yang terbungkus cangkang licin atau
berkulit, biasanya telur ditetaskan tetapi pada beberapa jenis ular dan kadal
embrio berkembang didalam tubuh betina.
Hewan
Reptilia lebih maju dibanding amphibi karena memiliki diantaranya:
1. Penutup tubuh yang kering dan bersisik sebagai
adaptasi terhadap kehidupan di darat.
2. Anggota tubuh memungkinkan hewan untuk berlari.
3. Pemisahan darah bersih dan kotor di jantung.
4. Skeleton terdiri dari tulang sejati.
5. Telur dilengkapi dengan membran dan cangkang sebagai
pelindung embrio sehingga memungkinkan untuk berkembang di darat.
Ukuran
Fosil
Reptilia ditemukan dalam ukuran yang bervariasi, dari kecil sampai berukuran
besar. Dari Reptilia yang ada pada masa sekarang, anaconda di Amerika Serikat
dapat tumbuh sampai 990 cm, komodo (varanus komodoensis) memiliki
panjang tubuh 285 cm. Beberapa jenis kura-kura darat dari pulau Galapagos
mencapai panjang 120 cm. Buaya yang ditemukan tahun 1821 di Luzzon Philipina
mencapai panjang 610 cm. Ular Laptotyphlops dari Siria berukuran seperti jarum
renda, dan ada pula kadal Lepidoblepharis dari Panama yang panjangnya 5 cm.
sebagian besar di Amerika Utara berukuran 20 120 cm, dan kadal dengan panjang
di bawah 30 cm.
Struktur Morfologi
Morfologi
Reptilia meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh, dan ekor, angggota tubuh
berukuran pendek dengan sejumlah jari yang pada bagian ujungnya dilengkapi
cakar dan begitupun ada juga sebagaian subordo yang lain yang tidak memiliki
jari. Mulutnya yang panjang dilengkapi dengan gigi. Buaya mialnya di dekat
ujung moncong terdapat dua lubang hidung. Mata berukuran besar dan terletak
lateral, dengan kelopak atas dan bawah, serta membrane nictatin transparan yang
dapat bergerak di bawah kelopak mata, telinga berukuran kecil terletak
dibelakang mata. Anus terletak longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang.
Penutup Tubuh
Semua
Reptilia memiliki kulit yang kering yang terdiri dari epidermis berlapis dan
dermis kompleks. Epidermis menghasilkan beberapa lapisan sel yang tumbuh kearah
luar. Mengalami kornifikasi dan menutup seluruh bagian tubuh. Sel-sel epidermis
saling melekat dengan kuat sehingga tahan terhadap gangguan mekanik. Lapisan
dermis terdiri dari jaringan ikat dan mengandung pigmen, pembuluh darah dan
saraf, pada jenis tertentu dilengkapi dengan tulang dermal. Serat jaringan ikat
berupa lapisan kuat yang membatasi permukaan, saling menumpuk membentuk sudut
45 derajat terhadap sumbu tubuh. Selain itu terdapat serat yang lebih halus
yang melekatkan dermis ke lapisan epidermis. Struktur dermis dan epidermis
seperti ini memberikan kekuatan mekanis yang sifatnya elastis sehingga kulit
dapat meregang, seperti yang diperlukan ular jika menelan mangsa yang besar.
Ular dan kadal mengalami pergantian kulit 2-6 kali dalam setahun. Pada
pergantian kulit, lapisan epidermis luar yang mengalami kornifikasi terlepas
dan digantikan. Sebelumnya, sel epidermal menghasilkan kutikula dibawah lapisan
yang akan lepas. Kemudian dihasilkan secret diantara lapisan baru dan lama,
sehingga sel-sel di bagian bawah lapisan epidermis yang akan melepas melarut,
dan epidermis lama menjadi longgar. Pada ular, secret yang dihasilkan menutupi
kutikula di bagian mata sehingga dapat mempengaruhi pandangan. Pada ular dan
beberapa jenis kadal, selongsong kulit terlepas secara utuh, tetapi ada juga
kadal yang melepaskan kulitnya dalam beberapa potongan. Ujung ekor rattlesnake
mengalami kornifikasi lebhi serta tidak terlepas pada saat ganti kulit.
Kura-kura dan buaya tidak mengalami pergantian kulit, tapi permukaan luarnya
dapat terlepas.
Skeleton
Tengkorak buaya meliputi moncong yang panjang, dan sejumlah tulang. Rahang
bawah memanjang sampai ke batas posterior tengkorak. Di bagian ventral cranium
terdapat tulang palatal keras, tepat diatas saluran pernafasan. Kolom vertebra
terdiri lima tipe vertebra, yaitu 9 sevical, 10 toraks, 5 lumbar, 2 sacral, dan
sekitar 39 caudal. Pada vertebra servical terdapat rusuk servical bebas.
Vertebra toraks dan sternum dihubungkan oleh rusuk toraks yang mengandung
kartilago pada bagian ventral. Diantara sternum dan tulang pubis terdapat tujuh
pasang rusuk abdominal berbentuk V.
Sistem Otot
jika
dibandingkan dengan katak, otot buaya lebih variatif untuk membantu pergerakan
di darat dan di air. Otot bagian kepala, leher dan kaki sudah mengalami
diferensiasi sempurna.
Sistem Alat Gerak
Mempunyai dua pasang anggota gerak yang masing-masing
dengan 5 jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk lari, mencengkram, dan naik
pohon. Pada yang masih hidup di air kakinya mempunyai bentuk dayung
Sistem Pencernaan
Mulut
Reptilia misalnya, buaya berukuran besar dapat terbuka lebar dengan dilengkapi
gigi yang digunakan untuk menyerang dan mempertahankan diri, selain itu juga
untuk menarik dan memutar mangsa yang berukuran besar. Lidah tipis terdapat di
dasar rongga mulut. Pada bagian belakang lidah, terdapat lipatan melintang,
yang berhadapan dengan lipatan yang terdapat pada langit- langit mulut, jika
kedua lipatan menempel, maka rongga mulut tertutup kearah faring, sehingga
ketika buaya berada di dalam air mulutnya dapat terbuka tanpa ada air yang masuk
ke paru-paru.
Diatas
faring terdapat esofgus, berupa saluran panjang menuju lambung. Lambung terdiri
dari fundus yang berbentuk bulat berukuran besar, dan pylorus yang berukuran
lebih kecil di sebelah kanannya. Selanjutnya terhubung ke usus halus dan rectum
menuju kloaka dan anus. Hati terdiri dari dua lobus terletak anterior dari
lambung. Pancreas merupakan terdapat pada lekukan duodenum dari usus halus.
Saluran hati dan pancreas bermuara ke usus halus bagian awal. Kloka merupakan
bagian akhir dari saluran pencernaan, eksresi dan reproduksi.
Sistem Sirkulasi
Reptilia memiliki jantung dengan 4 ruangan yaitu
2 atrium dan 2 ventrikel hanya saja sekat diantara ventrikel itu belum jelas.
Hewan ini memiliki system peredaran darah ganda. Dari seluruh tubuh yang kaya CO2 akan masuk melalui
sinus venosus menuju ke atrium kanan lalu masuk ke ventrikel kanan lalu darah
akan masuk ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Di paru-paru darah yang kaya
CO2 akan dilepas sedang darah yang kaya O2 akan diikat kemudian darah mengalir
menuju atrium kiri kemudian ke ventrikel kiri kemudian akan diedarkan keseluruh
tubuh, kemudian kembali diikat darah yang kaya CO2 dan melalui pembuluh vena
akan masuk kembali ke sinus venosus.
Sistem Respirasi
Udara masuk ke
lubang hidung, melewati bagian atas langit-langit keras menuju rongga hidung
yang terdapat di bawah velum, melewati glottis pada faring yang terletak di
belakang lidah. Glottis terdiri dari tiga tulang katilago dan pita suara, dan
selanjutnya terhubung ke trakea yang berupa cicin kartilago. Trakea memanjang
ke bagian depan toraks, selanjutnya bercabang menjadi dua bronchi pendek,
menuju lobus paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru terdiri dari kapiler
pulmonary.
Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit
dan kloaka. Kloaka merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat
hasil metabolisme.Reptil yang hidup di darat sisa hasil metabolismenya berupa
asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah padat berwarna putih.
Sistem Saraf dan Alat Indera
Otak Reptilia contohnya buaya memiliki dua lobus olfaktori yang panjang,
yang terhubung ke cerebral hemispher yang berukuran besar. Dibelakang cerebral
hemisphere terdapat lobus optikus. Berikutnya cerbellum berbentuk buah pir dan
terletak di tengah, yang ukurannya lebih besar daripada yang terdapat pada
hewan Amphibia. Medula oblongata terletak di bawah cerebellum, dan memanjang ke
sumsum tulang belakang. Di bagian ventral, terdapat saraf optic dilanjutkan
infundibilum dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf cranial dan saraf spinal
berpasangan.
Di lidah terdapat saraf pengecap (laste bud), dan di setiap lubang hidung
terdapat organ olfaktori. Pada mata terdapat kelenjar lachrymal yang menjaga
kornea atau permukaan bola mata tetap lembab, ketika hewan berada dipermukaan
air. Telinga buaya memiliki tipe telinga vertebrata darat. Setiap telinga
memiliki saluran auditori eksternal yang pendek, yang terdapat dibawah daun
telinga. Saluran telinga berlanjut ke membrane timpani, didalam rongga timpani
atau telinga tengah terdapat tiga saluran semisirkuler dan organ pendengar.
Dari setiap rongga timpani, terdapat tabung eustachian di bagian tengah yang
terhubung ke rongga bagian atas faring di belakang rongga hidung.
Sistem Reproduksi
Pada hewan ini proses fertilisasi berlangsung
secara internal. Organ reproduksi hewan betina berupa sepasang ovarium, oviduk
yang berdinding tipis dimana oviduk ini memiliki kelenjar yang member kulit
keras pada ovum yang telah dibuahi. Oviduk ini bermuara di kloaka.
Organ reproduksi pada hewan jantan yaitu
alat kelamin kusus yang disebut hemipenis,sepasang testis, didekatnya
terdapat saluran epididimis kemudian dilanjutkan oleh saluran vas deferens yang
pada bagian caudalnya bersatu dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Pada buaya yang masih muda, gonad jantan dan betina tampak serupa. Pada
jantan dewasa, dua testis berbentuk bulat terdapat sebuah vasdeferens menuju
kloaka, yaitu disebelah anterior dan ureter, yang berlanjut ke penis tunggal
yang terdapat pada bagia yang sama, yang melekat dekat ventral kloaka. Pada
betina dewasa terdapat dua ovarium yang sama melekat dekat dengan ginjal.
Disebelah anterior dari setiap ginjal terdapat saluran oviduct, yang merupakan
tempat terjadinya fertilisasi. Selanjutnya telur yang sudah di fertilisasi akan
di selaputi albumin, membrane dan cangkang, kemudian dikeluarkan dari tubuh
betina untuk ditetaskan.
Habitat dan persebaran
Kebanyakan
kadal tinggal di atas tanah (terrestrial), sementara sebagiannya hidup menyusup
di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas
atau di batang pohon. Untuk komodo sangatlah endemik yaitu terbatas
persebarannya di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara, seperti pulau Komodo,
Padar, Rinca dan di ujung barat pulau Flores.
Biawak umumnya
menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepi danau, pantai, dan rawa-rawa.
Di perkotaan, biawak sering temukan hidup di gorong-gorong saluran air yang
bermuara ke sungai. Sedangkan cecak hidup di dinding dan atap rumah. Di alam
cecak biasanya hidup pada tempat teduh. Persebaran lacertilia sangat hampir
setiap tempat dapat ditemukan kecuali di daerah Arktik, Antartika dan Greenland.
Peranan ReptiliaTerhadap Manusia
Banyak jenis
kadal dan ular yang menguntungkan manusia karena memakan serangga dan rodentia.
Kulit buaya, ular, dan biawak serta penyu yang diperdagangkan sebagai bahan
baku pembuatan tas, sepatu dll. Bagi sebgian orang daging ular di jadikan
makanan karena dipercaya memiliki khasiat sebagai obat. Bisa ular juga sebagai
penawar gigitan ular.
Kunci Pengenalan Spesies
Kelas
Reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya: Tuatara),
Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata (Contohnya:
Serpentes, Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya: Buaya,
Aligator, Senyulong, dan Caiman) dll.
Subordo Amphisbaenia
Subordo
Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak berkaki namum
memiliki kenampakan seperti cacing karena warnanya yang semu merah muda dan
sisiknya yang tersusun seperti cincin. Kelangkaannya dan kehidupannya yang
malang menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini.
Kepalanya tidak memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras,
memiliki gigi median di bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan
matanya tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya
hampir menyerupai kepalanya.
Ordo Rhynchocephalia
Ordo ini
diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara 210-220
juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid.
Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30
cm. Anggota ordo ini semuanya karnivora dan mencari makan di malam hari.
Habitat hidupnya di air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia bereproduksi
secara ovipar dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu
lubang seperti kebanyakan anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam
waktu 1 tahun.
Anggota
Ordo Rhynchocephalia mempunyai satu familia yaitu Sphenodontidae dan hanya satu
genus Sphenodon. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu Sphenodon
punctatus dan Sphenodon guntheri (Tuatara). Keduanya merupakan hewan
endemik Selandia Baru.
Ordo Crocodyllia
Ordo
crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil
lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik
itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan
membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian
lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk
piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi
tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral.
Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang
membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang
hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu
penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya
menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat.
Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari
5 tanpa selaput
Crocodilia
memiliki sisik tebal dari keratin dan diperkuat dengan lempengan tulang yang
disebut skuta sebagai pelindung, sisik rontok satu persatu tidak seperti ular.
Contoh spesies dari ordo ini adalah buaya. Buaya memiliki ekor tebal berotot,
kaki depannya berjari lima, sedangkan kaki belakang berjari emapat sebagian
berselaput untuk berenang. Lubang hidung terletak di ujung moncongnya yang
memungkinkan untuk bernapas saat di dalam air, jantungnya beruang empat namun
memiliki pori di antara bilik kiri dan kanan. Contoh spesies buaya adalah buaya
muara (Crocodylus porosus).
Jantung
buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak
sempurna yang menyebabkan terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya
memiliki foramen panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga
kebanyakan akan berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka
berburu di malam hari, Crocodilia dewasa terutama yang dominan memiliki
teritori tersendiri, namun pada musim kering teritori tersebut dilupakan karena
daerah mereka menyempit akibat kekeringan.
Adapun klasifikasi Ordo Crocodylia adalah sebagai berikut:
Filum :
Chordata
Subfilum :
Vertebrata
Superkelas
: Tetrapoda
Kelas :
Reptilia
Subkelas :
Diapsida
Ordo :
Crocodylia
Familia :
Alligatoridae
Familia :
Crocodylidae
Familia :
Gavialidae
Famili Alligatoridae
Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul
dengan deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat
pada rongga pada deretan rahang atas sehingga pada saat moncongnya mengatup
hanya deretan gigi pada rahang atasnya saja yang terlihat. Dapat mencapai umur
maksimal hingga 75 tahun. Tahan terhadap suhu rendah.memiliki lempeng tulang
pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang
lebar.yang berjumlah lebih dari 6 sisik. Beberapa spesies yang termasuk famili
ini adalah :
Genus
Alligator
- Alligator
mississippiensis
- Alligator
sinensis
Genus
Caiman
- Caiman
crocodiles
- Caiman
latirostris
- Caiman
yacare
Genus
Melanosuchus
- Melanosuchus
niger
Genus Paleosuchus
- Paleosuchus
palpebrosus
- Paleosuchus
trigonatus
Famili Crocodylidae
Ciri-ciri
Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang hampir
segitiga dan pada saat mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas.
Kedua tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar.
Terdapat pula baris tunggal sisik balakang kepala yang melintang yang tidak
lebih dari 6 buah di bagian tengkuk.
Famili
Crocodilidae dibagi menjadi:
Subfamily
Crocodylinae
Genus
Crocodylus
- Crocodylus
acutus
- Crocodylus
cataphractus
- Crocodylus
intermedius
- Crocodylus
johnstoni
- Crocodylus
mindorensis
- Crocodylus
moreletii
- Crocodylus
niloticus
- Crocodylus
novaeguineae
- Crocodylus
palustris
- Crocodylus
porosus
- Crocodylus
rhombifer
- Crocodylus
siamensis
- Osteolaemus
tetraspis
Subfamily
Tomistominae
Genus
Tomistoma
Famili Gavialidae
Famili
Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat moncong
tersebut menangkup, kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan
rahang bawah terlihat berseling. Ujung moncongnya melebar dan bersegi 8,
sekilas bentuknya mirip dengan Tomistoma schlegelii.
Spesies
anggota Famili Crocodilidae yang ada di Indonesia adalah :
1. Crocodylus novaguineae (Buaya Irian)
Spesies
yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang lain
berdasarkan ukuran sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik
belakang kepalanya berjumlah 4-7 buah. Sisik D.C.W (Double Crest Whorl)
sejumlah 17-20 pasang, sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah
18-21 buah. Jumlah sisik ventral terdiri atas 23-28 baris dari depan ke
belakang. Ukuran maksimum dapat mencapai 3350 mm untuk jantan dan 2650 mm untuk
betina.
Pada waktu
akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal musim kemarau,
hal ini berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur-telur ini dijaga
oleh induk sampai mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya-buaya ini
menempati habitat yang sama dengan buaya air tawar di Indonesia Barat dan
dijumpai sampai ke pedalaman dengan persebaran meliputi Irian sebelah utara,
mulai dari daerah DAS Memberamo, sampai semenanjung selatan Papua Nugini.
2. Crocodylus porosus (Buaya Muara)
Buaya muara
dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang tujuh meter.
Buaya ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang kepalanya
yang kecil ataupun tidak ada, sisik dorsalnya berlunas pendek berjumlah 16-17
baris dari depan ke belakang biasanya 6-8 baris. Tubuhnya berwarna abu-abu atau
hijau tua terutama pada yang dewasa sedangkan yang muda berwarna lebih
kehijauan dengan bercak hitam, dan pada ekornya terdapat belang hitam dari
bercak- bercak berwarna hitam.
Saat
bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan. Buaya
ini bertelur pada awal musim penghujan. Telur-telur ini akan terus dijaga oleh
induk sampai menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya jenis ini
menempati habitat muara sungai. Kadang dijumpai di laut lepas. Makanan utamanya
adalah ikan walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang mendekati
sungai untuk minum. Persebaran buaya ini hampir di seluruh perairan Indonesa.
3. Crocodylus siamensis (Buaya Air Tawar)
Dibedakan
dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang
berjumlah 2-4 buah. Moncongnya tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas
di antara kedua matanya.. Panjang moncongnya satu setengah sampai satu tiga
perempat kali lebarnya. Umumnya memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala.
Tubuhnya kecil dan hanya dapat mencapai panjang sekitar satu meter, berwarna hijau
tua kecoklatan dan anakan berwarna lebih muda dengan bercak-bercak pada
punggung dan ekor. Belang hitam pada ekor umumnya tidak utuh. Buaya air tawar
betina bertelur pada awal musim penghujan. Buaya ini hidup pada pedalaman
dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa. Makanan utamanya adalah ikan.
Jenis ini juga dikenal sebagai buaya siam. Persebarannya meliputi Kalimantan
Timur,dan Jawa.
4. Tomistoma Schlegelii ( Buaya Senyulong)
Buaya ini
dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya yang sangat
sempit dengan ukuran tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki selaput,
dan sisi kakinya berlunas. Matanya memiliki iris yang tegak. Betinanya bertelur
pada awal musim penghujan. Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan
sampah tetumbuhan.
Habitat yang
menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam, rawa-rawa,
hingga ke pedalaman. Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet.
Persebaran buaya ini meliputi Sumatera, Kalimantan dan Jawa.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar teman , karena negara ini bebas berpendapat namun adakala peraturan nya yaitu sopan dan tidak mengandung sara , terimakasih atas partisipasinya :)