model konsep kurikulum



Macam-macam model konsep kurikulum

1.Kurikulum subjek akademis

2.Kurikulum humanistik

3.Kurikulum rekontruksi sosial

4.Kurikulum teknologis

Kurikulum subjek akademis

1.Correlated currikulum

¯ Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan antara organisasi materi atau konsep yang dipelajari dari satu pelajaran dengan pelajaran yang lain, tanpa menghilangkan perbedaan esensia dari setiap mata pelajaran.

2. Unified atau Concentrated Currikulum

Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental dengan disiplin ilmu.

 Setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai tema pelajaran.

Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran disusun dalam tema-tema dalam pelajaran tertentu

3.    Integrated Currikuum.

Pola organisasi kurikulum ini memperhatikan warna disiplin ilmu. Bahan ajar diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antara pelajaran serta berbagai kegiatan siswa.

Dengan keterpaduan bahan pelajaran tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman materi secara utuh. Oleh karena itu, inti yang diajarkan kepada siswa harus memenuhi kebutuhan hidup dilingkungan masyarakat.

Ahmad (1998,39) mempunyai ciri-ciri kurikulum ini sebagai berikut.

  1. Unit haruslah merupakan satu kesatuan yang bulat dari seluruh bahan pelajaran.
  2. Unit didasarkan pada kebutuhan anak, baik yang pribadi maupun sosial serta yang bersifat jasmani maupun ohani.
  3. Unit memuat kegitan yang berhubungan dengan kehidipan sehari-hari.
  4. Unit merupakan motifasi sehingga anak dapat berkreasi.
  5. Pelaksanaan unit sering memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan percobaan atau perolehan pengalaman yan membutuhkan waktu yang lama.

 4.    Problem Solving Currikulum.

Pada kurikulum model ini guru cenderung dimaknai sebagai seseorang yang harus “ digugu “ dan “ ditiru “. Menurut Idi (200:126), ada empat cara dalam menyajikan pelajaran dari kurikulum dengan model subjek akademis.

  1. Materi disampaikan secara hierarkhi naik,
  2. Penyajian dilakukan berdasarkan prasyarat. Untuk memahami suatu konsep tertentu diperlukan pemahaman konsep lain yang telah diperolehatau dikuasai sebelumnya.
  3. Pendekatan yang dilakukan cenderung induktif,
  4. Kurikulum ini bersumber pada pendidikan klasik. Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya yaitu, pengetahuan, idi-ide, atau nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu.
  5. Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan dan meneruskan budaya tersebut kepada genersi berikutnya, sehingga kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Oleh karenanya kurikulum ini lebih bersifat intelektual.

B.     Kurikulum Humanistik.

kurikulum humanistik lebih mengedepankan sifat humanisme dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai reaksi terhadap kurikulun yang terlalu mengedepankan intelektualitas. Kurikulum model humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik, diantaranya adalah Neal (1977).

Kurikulum humanistik didasarkan pada aliran pendidikan humanisme atau pribadi. Aliran pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa peserta didik adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Peerta didik adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan, yang mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.

Prioritas pendekatan ini adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa.

Pendekatan ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan unsur efeksi. Pendidikan ini diarahkan kepada pembina manusia yang utuh, bukan saja segi fisik dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afeksi (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).

Hal ini mendatangakan bahwa pendekatan ini berpegang pada prinsip peserta didik merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu.

Pendidikan yang menggunakan kurikulun ini selalu mengedepankan peran siswa di sekolah. Dengan situasi seperti ini, anak diharapkan mampu mengembangkan segala potensi yang dimilikinya pendidikan dianggap sebagai proses yang dinamis serta maerupakan upaya yang mampu mendorong siswa untuk bisa mengembangkan potensi dirinya. Karena itu, seseorang yang telah mampu mengaktualisasilan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan perkembanagan diri dari aspek kognitif, estetika, dan moral.

Kurikulum humanistik merupakan kurikulun yang lebih mementingkan proses daripada hasil. Sasaran utama kurikulum jenis ini adalah bagaimana memaksimalkan perkembangan anak supaya menjadi manusia yang yang mandiri. Proses belajar yang baik adalah aktivitas yang mampu memberikan pengalaman yang bisa membantu siswa untuk menembangkan potensinya. Dalam evaluasi guru lebih cenderung memberikan penilaian yang bersifat subjektif.

Sukmadinata (2005:87) mengklasifikasikan pendidikan humanistik menjadi 3 macam yaitu:

  1. Pendidikan konfluen.
  2. Pendidikan kritikisme radikal.

3.Mistikisme modern

Langkah-langkah penyusunan urutan kegiatan dalam pengajaran yang besifat efektif menurut Shiflett (1975 dalam sukmadinata, 1997) adalah sebagai berikut:

  1. Menyusun kegiatan yang dapat memunculkan sika, minat, atau perhatian tertentu.
  2. Memperkenalkan bahan-bahan yang akan dibahas dalam setiap kegiatan. Di dalamnya tercakup topik-topik, bahan, serta kegiatan belajar yang akan membantu peserta dalam merumuskan apa yang akan mereka pelajari.
  3. Pelaksanaan kegiatan, para peserta diberi pengalaman yang menyenangkan baik yang berupa gerakan-gerakan maupun penghayatan.

Penyempurnaan, pembahasan hasil-hasil yang telah dicapai, penyempurnaan hasil serta upaya tindak lanjut

C.    Kurikulum Rekontruksi Sosial

Tujuan utama kurikulum jenis ini adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat menghadapi tantangan, termasuk di dalamnya ancaman dan hambatan. Tantangan dianggap sebagai bidang garapan salah satu disiplin ilmu, namun perlu juga di dekati dengan ilmu-ilmu lain.

Dalam praktiknya, perancang kurikulum terkonstruksi sosial selalu berusaha menyelaraskan antara tujuan nasiaonal dengan tujuan siswa. Kerjasama antarindividu maupun kelompok merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam pengajaran yang menggunakan kurikulum jenis ini. Dengan demikian, kompetisi antarindividu maupun kelompok bukan hal yang diprioritaskan.

 D.    Kurikulum Teknologis

Sukmadinata (2005:97) menyatakan bahwa ciri-ciri kurikulum teknologis dapat ditemukan pada empat bagian yaitu pada tujuan, metode, organisasi bahan, dan evaluasi.

Ciri-ciri kurikulum teknologis antara lain:

  1. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku hasil belajar yang dapat diukur. Tujuan yang masih bersifat umum dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil (tujuan khusus), yang di dalamnya terkandung aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
  2. Metode pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas sesuai dengan kecepatan masing-masing.
  3. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari  disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar yang besar disusun dari bahan ajar yang lebih kecil dengan memperhatikan urutan-urutan penyajian materi dalam pengorganisasiannya.
  4. Evaluasi dilakukan kapan saja. Ketika siswa telah mempelajari suatu topik/subtopik, ia dapat mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi evaluasi ini antara lain sebagai umpan balik: bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (formatif), bagi program semester (sumatif), serta bagi guru dan pengembang kurikulum. Bentuk evaluasi umumnya obyektif tes.

Seperti halnya model yang lain, model kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Program pengajaran yang menggunakan alat-alat yang berbau teknologi, khususnya teknologi terbaru, secara umum lebih menyenangkan dan terkesan up to date.

Dari sisi pelaksanaannya, program pengajaran ini sangat mengedepankan efisiensi dan efektivitas. Dengan model pengajaran seperti ini, standar penguasaan siswa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model-model lain.

Model kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan pemikiran teknologi pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi, dan bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu seperti pada pendidikan klasik.

 Model kurikulum teknolgi berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang, sedangkan pendidikan klasik berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini juga menekankan pada isi kurikulum. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati atau diukur



MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

 A.    Model Zais

1.      Model Administrasi (the administrative)

 2.      Model Grass Roots (the grass roots)

3.                     Model Terbalik

4.                          Model Pemecahan Masalah



    B.    Model Rogers

a. Model I

 b. Model II

c.  Model III

d. Model IV



.      PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

a.      Orientasi Kurikulum            

Umumnya orientasi kurikulum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu orientasi pada bahan pengajaran, orientasi pada tujuan, dan orientasi pada kegiatan belajar mengajar.

1.       Orientasi pada Bahan Pelajaran

 2. Orientasi Pada Tujuan

 3. Orientasi Pada Kegiatan Belajar Mengajar

 b.      Pendekatan Pengembangan Kurikulum

1)      Pendekatan Bidang Studi

2)      Pendekatan Berorientasi Pada Tujuan

3)      Pendekatan dengan Pola Orientasi Bahan

4)      Pendekatan Rekonstruksionalisme














0 komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar teman , karena negara ini bebas berpendapat namun adakala peraturan nya yaitu sopan dan tidak mengandung sara , terimakasih atas partisipasinya :)

 

leave me alone please don't cry Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea